Sekitar sebulan yang lalu saya
dan seorang teman saya mengunjungi GKB (Gresik Kota Baru). Tujuan saya kesana
memang untuk berburu kuliner. Hampir tiga puluh menit saya berputar-putar
mengitari GKB untuk mencari spot yang
cocok dengan selera saya yang suka dengan masakan pedas, dan akhirnya saya
memilih rumah makan “Mie Setan” yang letaknya tepat di tikungan jalan utama
GKB.
Sebenarnya
nama rumah makan tersebut bukan “Mie Setan” tapi cukup tenar dengan nama
tersebut. Saya cukup dikagetkan dengan panjang antrian yang cukup panjang.
Dengan sabar saya menunggu sampai giliran saya untuk memesan. Setelah tiba
giliran saya, disitu terdapat PC yang dilengkapi dengan layar touchscreen dan
software pesan otomatis. Warung makan ini menawarkan 5 jenis level mie setan,
dan berbagai macam minuman . Dan saat itu saya dan teman saya memberanikan
diri untuk memesan mie setan level 4 (Rp. 8.500,-) dan lemon tea (Rp.6.000,-).
Walaupun
saya harus mengantri dengan antrian yang cukup panjang, namun saya tidak merasa
jenuh mengantri disitu, karena pelayanannya yang cepat ditunjang dengan
karyawan-karyawannya yang benar-benar terlatih di bidangnya (Trained Labour).
Konsep
yang ditawarkan oleh rumah makan Mie Setan GKB adalah semi-Urban Restaurant.
Konsep ini sangat cocok karena letak geografis kota Gresik memang dekat dengan
kota metropolitan Surabaya. Sebenarnya rumah makan ini cukup simpel dalam
penataan ruangnya, namun yang unik pada rumah makan ini adalah bangunannya yang
dibuat menyerupai rumah pada umumnya. Ada ruang tamu, ruang keluarga, dapur,
bahkan kamar. Entah memang dibuat begitu atau memang rumah yang dimodifikasi
menjadi rumah makan.
Setelah
hidangan tersaji di meja. Dari tampilannya Mie Setan GKB tak beda jauh dengan
spageti yang dijual di resto lainnya. Saya menempatkan foto-foto dengan teman
saya. Setelah itu saya mencoba satu chopsticks (sumpit), dan rasanya sungguh
sangat pedas. Bahkan bibir saya terasa dibakar olehnya. Saya lebih bisa
merasakan rasa pedas dari cabai, dari pada mie itu sendiri. Tanpa pikir panjang
saya langsung menghabiskan segelas Lemon Tea. Tetapi masih saja terasa pedas di
lidah, saya pun langsung pergi ke kasir lagi untuk memesan Lemon Tea. Dari
belakang saya dibisingkan suara orang yang saat itu juga merasakan rasa pedas
yang benar-benar luar biasa. Kita juga boleh teriak sekeras-kerasnya disana.
Dari
pengalaman saya tersebut saya dapat mensiasati sebuah strategi marketing yang
cukup luar biasa dari pemilik rumah makan “MIE SETAN” tersebut. Petama ,
Pemilihan nama yang cukup unik dan kreatif . Kedua, pemilihan lokasi yang
sangat strategis, yaitu di GKB yang saat ini gencar-gencarnya dibangun terus
oleh Pemkab Gresik. Ketiga, harga yang relatif murah dan harga sama pada setiap
level mie setan yaitu Rp.8.500,- sehingga konsumen akan tergoda untuk membeli
level tinggi, dan pada saat itu terdapat ekploitasi konsumen.

Karena memilih
level yang tinggi, otomatis hanya dengan segelas kecil Lemon Tea tidak akan
sanggup untuk meredakan rasa pedasnya, sehingga memaksa konsumen membeli lagi
minuman yang jika dibandingkan dengan harga mienya itu sendiri tak terpaut
cukup jauh yaitu Rp.6.000,- (high cost) sehingga secara tidak langsung mengubah
barang yang harusnya elastis menjadi inelastis dan tidak mengindahkan hukum
permintaaan itu sendiri. Dimana ketika barang naik maka permintaan akan turun.
Hal itu terjadi karena intensitas barang sangat dibutuhkan pada saat itu juga.
Dengan Manajemen yang luar biasa tersebut. Tak khayal jika rumah makan ini selalu
dipenuhi dan di minati oleh konsumen.
Dengan
tulisan saya ini semoga dapat menjadi pandangan bagi para entrepreneurship yang
akan membuat usaha kreatif sehingga dapat bersaing dengan para pebisnis lainnya
yang sudah sukses, Dengan ini saya dapat menarik kesimpulan bahwa dalam
membangun sebuah usaha harus dengan profesionalitas, kreatifitas, dan kalkulasi
keuangan yang luar biasa untuk mencapai puncak kesuksesan dalam usaha yang akan
kita jalani.
(/Nara)